Tulisan ini membuat pembaca mampu membedakan mana yang Product Backlog mana yang bukan.
Product Backlog adalah antrian fleksibel pekerjaan-pekerjaan, yang diminta pihak bisnis untuk dikerjakan pihak eksekutor di masa depan.
Konsepnya ditemukan di banyak rangka kerja Agile, dengan berbagai istilah. ‘Product Backlog’ adalah istilah yang dipakai di Scrum.
Mari kita pahami apa itu Product Backlog dengan membedah kata-kata di definisinya:
1. To-Do-List yang Wajib Dikerjakan Berurutan
“antrian fleksibel pekerjaan-pekerjaan, yang diminta pihak bisnis untuk dikerjakan pihak eksekutor di masa depan“
Menurut kamus Google, arti dari ‘backlog’ adalah “an accumulation of something, especially uncompleted work or matters that need to be dealt with.”
Padanan formal bahasa Indonesianya saya belum tahu. Sementara istilah yang kita pakai sehari-hari adalah ‘to do list’. Memang Product Backlog bisa dipandang sebagai ‘to-do-list’. Tapi ada bedanya:
Pengerjaan Product Backlog wajib berurutan dari atas ke bawah.
Dengan kata lain, Product Backlog adalah antrian pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai.
2. Bisa Berubah di Sepanjang Waktu
“antrian fleksibel pekerjaan-pekerjaan, yang diminta pihak bisnis untuk dikerjakan pihak eksekutor di masa depan”
Sebelumnya, telah dijelaskan kalau Product Backlog itu adalah antrian. Namun dia bukan antrian yang biasa. Product Backlog adalah antrian yang fleksibel. Fleksibel dalam hal:
- Urutan
Yang masuk pertama, belum tentu yang dikerjakan terlebih dulu.
- Kondisi
Sebuah pekerjaan bisa masuk ke Product Backlog dengan masih berbentuk satu frase judul. Setelah masuk, kondisi judul & deskripsi pekerjaan bisa dinamis. Entah jadi makin detail, bergeser, atau bahkan ditendang dari Product Backlog.
Dengan kondisi Product Backlog yang bisa fleksibel, tentu pihak eksekutor berharap pekerjaan teratas kondisinya selalu cukup jelas untuk mereka kerjakan. Mereka tidak ingin diganggu oleh banyak perubahan saat mereka berkerja.
Fleksibilitas ini untungnya membuat pihak bisnis & pihak eksekutor enggan mendetailkan pekerjaan-pekerjaan tiga bulan ke depan. Mereka jadi lebih fokus, juga efisien.
Karena buat apa mendetailkan pekerjaan yang mungkin dikeluarkan dari Product Backlog bulan depan?
3. Ditulis dengan Bahasa Bisnis
“antrian fleksibel pekerjaan-pekerjaan, yang diminta pihak bisnis untuk dikerjakan pihak eksekutor di masa depan”
Product Backlog juga bukanlah to-do-list teknis yang dibuat oleh pihak eksekutor.
Jika kita bicara dalam konteks produk software, deskripsi pekerjaan di Product Backlog haruslah ditulis dari sisi bisnis/pengguna. Bukan ‘skema database’, ‘mencari library Maps yang bagus’, atau ‘mengetes software’.
Umumnya pekerjaan-pekerjaan di Product Backlog berformat fitur fungsional. Berikut contoh judul-judulnya:
- Login/register
- Manajemen profil
- Mencari lagu yang mirip
- Notifikasi ke email
Namun bisa juga berformat non-fungsional:
- Kuat digunakan sepuluh juta pengguna secara bersamaan
- Rombak tampilan agar sesuai Material Design
Lihat kesamaan keduanya? Mereka sama-sama mudah dipahami pengguna.
Tulisan ini menjelaskan Product Backlog dari sisi defini & format. Ada banyak yang perlu dipelajari lagi untuk memahami seni menulis Product Backlog.
Semoga bermanfaat! 🙂